BERDIRI UNTUK MENYAMBUT YANG DATANG
Oleh:Syeikh Abdul Aziz bin BazPertanyaan:
Syeikh Abdul Aziz bin Baz ditanya: Ketika seseorang masuk, sementara kami sedang duduk di suatu majlis, para hadirin berdiri untuknya, tapi saya tidak ikut berdiri. Haruskah saya ikut berdiri, dan apakah orang-orang itu berdosa?
Jawapan:
Bukan suatu keharusan berdiri untuk orang yang datang, hanya saja ini merupakan kesempurnaan etika, yaitu berdiri untuk menjabatnya (menyalaminya) dan menuntunnya, lebih-lebih bila dilakukan oleh tuan rumah dan orang-orang tertentu. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdiri untuk menyambut Fatimah, Fatimah pun demikian untuk menyambut kedatangan Baginda. (Hadis riwayat Abu Daud dalam al-Adab 5217, at-Tirmidzi dalam al-Manaqib 3871)
Para sahabat Radhiyallahu 'anhum juga berdiri untuk menyambut Saad bin Muaz atas perintah Rasulullah, yaitu ketika Saad tiba untuk menjadi pemimpin Bani Quraizah. (Hadis riwayat al-Bukhari dalam al-Jihad 3043, Muslim dalam al-Jihad 1768)
Talhah bin Ubaidillah Radhiyallahu 'anhu juga berdiri dan beranjak dari hadapan Nabi Shallallahu sallallahu 'alaihi wa sallam ketika Ka'ab bin Malik Radhiyallahu 'anhu datang setelah Allah menerima taubatnya, hal itu dilakukan Talhah untuk menyalaminya dan mengucapkan selamat kepadanya, kemudian duduk kembali. (Hadis riwayat al-Bukhari dalam al-Maghazi 4418, Muslim dalam at-Taubah 2769) Peristiwa ini disaksikan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Baginda tidak mengingkarinya.
Adapun yang mungkar adalah berdiri untuk mengagungkan seseorang. Namun bila sekadar berdiri untuk menyambut tetamu dan menghormatinya, atau menyalaminya atau mengucapkan selamat kepadanya, maka hal ini diharuskan. Sedangkan berdirinya orang-orang yang sedang duduk untuk pengagungan, atau sekadar berdiri saat masuknya seseorang, tanpa maksud menyambutnya atau menyalaminya, maka hal itu tidak layak dilakukan. Yang buruk dari itu adalah berdiri untuk penghormatan, sementara yang dihormati itu duduk. Demikian ini bila dilakukan bukan dalam rangka menjaganya tapi dalam rangka mengagungkannya.
Berdiri untuk seseorang ada tiga jenis.
Pertama.
Berdiri untuknya sebagai penghormatan, sementara yang dihormati itu dalam keadaan duduk, iaitu sebagaimana yang dilakukan oleh rakyat terhadap para raja dan para pembesar mereka. Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Shallallahu sallallahu 'alaihi wa sallam, bahwa hal ini tidak boleh dilakukan, kerana itu Nabi Shallallahu sallallahu 'alaihi wa sallam menyuruh para sahabat untuk duduk ketika Baginda solat sambil duduk, Baginda menyuruh mereka supaya duduk dan solat bersama Baginda sambil duduk. (Silakan lihat, di antaranya pada riwayat Al-Bukhari dalam al-Azan 689, Muslim dalam as-Solah 411 dari hadis Anas)
Seusai shalat Baginda bersabda yang bermaksud, "Hampir saja tadi kalian melakukan seperti yang pernah dilakukan oleh bangsa Parsi dan Rom, mereka (biasa) berdiri untuk para raja mereka sementara para raja itu duduk." (Hadis Riwayat Muslim dalam as-Solah 413 dari hadis Jabir.)
Kedua.
Berdiri untuk seseorang yang masuk atau keluar tanpa maksud menyambut atau menghantarnya atau menyalaminya, tapi sekadar menghormati. Sikap seperti ini tetap makruh. Para sahabat Radhiyallahu 'anhum tidak pernah berdiri untuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila Baginda datang kepada mereka, demikian ini kerana para sahabat tahu bahwa Baginda bencikan hal itu.
Ketiga.
Berdiri untuk menyambut yang datang atau menuntunnya ke tempat atau mendudukannya di tempat duduknya dan sebagainya. Yang demikian ini tidak apa-apa, bahkan termasuk sunnah, sebagaimana yang telah dijelaskan pada awalnya.
[Majmuk Fatawa Ibn Baz, Juz 4, hal.396]
::Disalin dari buku al-Fatawa as-Syar'iyyah Fi al-Masail al-Asriyyah Min Fatawa Ulama al-Balad al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini 3, Darul Haq
Ulasan