Oleh: Abu Anas Ali bin Husain Abu Luz
MEMBAHAGI BACAAN AL-QUR'AN UNTUK ORANG-ORANG YANG HADIR
Membaca Al-Quran merupakan ibadah dan merupakan salah satu sarana yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Pada dasarnya membaca Al-Quran mestilah mengikut tatacara Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam yang kemudiannya dituruti oleh para sahabat Baginda. Tidak ada satu pun riwayat dari Baginda dan para sahabat Baginda bahwa mereka membacanya dengan cara bersama-sama atau secara serentak. Sebaliknya mereka membacanya sendiri-sendiri atau salah seorang membaca dan orang lain yang hadir mendengarnya.
Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang bermaksud, "Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnah-KU dan sunnah para Al-Khulafa' ar-Rasyidun selepas-KU" (Diriwayatkan oleh Abu Daud no 407 dalam kitab Sunnah, bab Fii Luzuumis Sunnah ; Ibnu Majah no 42 dalam Al-Muqaddimah, bab Ittiba'ul Khulafa'ir Rasyidinal Mahdiyyin, dari hadits Al-Irbadh Radhiyallahu 'anhu. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2676 dalam Al-Ilmu bab Maa Jaa'al Fil Akhdzi bis Sunnati Wajtinabil Bida, ia mengatakan : 'Hadits ini hasan shahih. Al-Arna'uth berkata : 'Sanadnya hasan. Lihat Syarhus Sunnah, 1/205 hadis no.102.)
Sabda Rasulullah dalam hadis lain yang bermaksud, "Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara kami ini (perkara agama) yang tidak berasal darinya, maka ia tertolak". (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no, 2697 dalam Al-Shulh bab Idza Isththalahu 'ala Shulhin Juur Fash Shulh Mardud dan Muslim no 1718 dalam kitab Al-Uqdhiyah bab Naqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umur dari hadis Aisyah Radhiyallahu 'anha.)
Diriwayatkan juga Rasulullah telah bersabda dalam hadis yang bermaksud, "Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah Kami maka amalan tersebut tertolak" (Diriwayatkan oleh Muslim no.1718 jilid 18, dalam kitab Al-Uqdhiyah bab Maqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umu' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha.)
Diriwayatkan pula dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahawa Baginda memerintahkan Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu untuk membacakan al-Qur'an kepadaNya. Lalu berkata Ibn Mas'ud, "Wahai Rasulullah, apakah aku akan membacakan Al-Qur'an di hadapanMu sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan kepadaMu? Rasulullah menjawab : "Saya senang mendengarkannya dari orang lain." Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no.5050, dalam Fadhail al-Qur'an, bab 'Barangsiapa Mendengarkan Al-Qur'an Dari Orang Selainnya' dari hadis Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Rasulullah berkata kepada saya, bacakan Al-Qur'an untukKu. Saya berkata, Wahai Rasulullah, apakah saya akan membacakannya sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan kepada Anda? Baginda menjawab, 'Ya!' Maka saya pun membacakan surah An-Nisa’ hingga pada ayat : "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila KAMI mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan KAMI mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatMu)". [An-Nisa : 41]. Baginda berkata, "Cukup". Saya lalu menoleh kepada Baginda, ternyata kedua mata-Nya sedang berlinang air mata."
BERKUMPUL DI MASJID ATAU DI RUMAH UNTUK MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA.
Jika yang dimaksudkan adalah membacanya dengan satu suara dan 'waqaf' atau berhenti secara serentak, maka ini tidak disyariatkan. Paling tidak hukumnya makruh, kerana tidak ada riwayat dari Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam mahupun para sahabat radhiyallahu 'anhum. Namun apabila bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka yang demikian diperbolehkan, insya Allah.
Manakala yang dimaksudkan sebagai berkumpul untuk membaca Al-Qur'an dengan tujuan untuk menghafalnya atau mempelajarinya dan salah seorang membaca dan yang lainnya mendengarkannya atau mereka masing-masing membaca secara bersendirian, maka ini disyari'atkan, berdasarkan riwayat dari Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya Baginda bersabda yang bermaksud, "Apabila satu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca Al-Qur'an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya" (Riwayat Muslim, hadis no. 2699 dalam kitab Zikir dan Do'a, bab Fadhlul Ijtima 'Ala Tilawatil Qur'an wa 'Ala az-Zikir dari hadis Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.)
Telah diriwayatkan bahwa Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam bersabda yang bermaksud, "Hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunnah-KU dan sunnah para Al-Khulafa' ar-Rasyidun selepas-KU" (Diriwayatkan oleh Abu Daud no 407 dalam kitab Sunnah, bab Fii Luzuumis Sunnah ; Ibnu Majah no 42 dalam Al-Muqaddimah, bab Ittiba'ul Khulafa'ir Rasyidinal Mahdiyyin, dari hadits Al-Irbadh Radhiyallahu 'anhu. Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi no. 2676 dalam Al-Ilmu bab Maa Jaa'al Fil Akhdzi bis Sunnati Wajtinabil Bida, ia mengatakan : 'Hadits ini hasan shahih. Al-Arna'uth berkata : 'Sanadnya hasan. Lihat Syarhus Sunnah, 1/205 hadis no.102.)
Sabda Rasulullah dalam hadis lain yang bermaksud, "Barangsiapa mengada-adakan dalam perkara kami ini (perkara agama) yang tidak berasal darinya, maka ia tertolak". (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no, 2697 dalam Al-Shulh bab Idza Isththalahu 'ala Shulhin Juur Fash Shulh Mardud dan Muslim no 1718 dalam kitab Al-Uqdhiyah bab Naqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umur dari hadis Aisyah Radhiyallahu 'anha.)
Diriwayatkan juga Rasulullah telah bersabda dalam hadis yang bermaksud, "Barangsiapa melaksanakan suatu amalan yang tidak ada perintah Kami maka amalan tersebut tertolak" (Diriwayatkan oleh Muslim no.1718 jilid 18, dalam kitab Al-Uqdhiyah bab Maqdhul Ahkamil Bathilan wa Raddu Muhdatsatil Umu' dari hadits Aisyah Radhiyallahu 'anha.)
Diriwayatkan pula dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bahawa Baginda memerintahkan Abdullah bin Mas'ud Radhiyallahu 'anhu untuk membacakan al-Qur'an kepadaNya. Lalu berkata Ibn Mas'ud, "Wahai Rasulullah, apakah aku akan membacakan Al-Qur'an di hadapanMu sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan kepadaMu? Rasulullah menjawab : "Saya senang mendengarkannya dari orang lain." Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no.5050, dalam Fadhail al-Qur'an, bab 'Barangsiapa Mendengarkan Al-Qur'an Dari Orang Selainnya' dari hadis Abdullah bin Mas'ud, ia berkata, "Rasulullah berkata kepada saya, bacakan Al-Qur'an untukKu. Saya berkata, Wahai Rasulullah, apakah saya akan membacakannya sedangkan Al-Qur'an ini diturunkan kepada Anda? Baginda menjawab, 'Ya!' Maka saya pun membacakan surah An-Nisa’ hingga pada ayat : "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila KAMI mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan KAMI mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatMu)". [An-Nisa : 41]. Baginda berkata, "Cukup". Saya lalu menoleh kepada Baginda, ternyata kedua mata-Nya sedang berlinang air mata."
BERKUMPUL DI MASJID ATAU DI RUMAH UNTUK MEMBACA AL-QUR'AN BERSAMA-SAMA.
Jika yang dimaksudkan adalah membacanya dengan satu suara dan 'waqaf' atau berhenti secara serentak, maka ini tidak disyariatkan. Paling tidak hukumnya makruh, kerana tidak ada riwayat dari Rasulullah Sallallahu 'alaihi wa sallam mahupun para sahabat radhiyallahu 'anhum. Namun apabila bertujuan untuk kegiatan belajar dan mengajar, maka yang demikian diperbolehkan, insya Allah.
Manakala yang dimaksudkan sebagai berkumpul untuk membaca Al-Qur'an dengan tujuan untuk menghafalnya atau mempelajarinya dan salah seorang membaca dan yang lainnya mendengarkannya atau mereka masing-masing membaca secara bersendirian, maka ini disyari'atkan, berdasarkan riwayat dari Nabi Sallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya Baginda bersabda yang bermaksud, "Apabila satu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca Al-Qur'an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya" (Riwayat Muslim, hadis no. 2699 dalam kitab Zikir dan Do'a, bab Fadhlul Ijtima 'Ala Tilawatil Qur'an wa 'Ala az-Zikir dari hadis Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu.)
MEMBAHAGI BACAAN AL-QUR'AN UNTUK ORANG-ORANG YANG HADIR
Membahagi juz-juz Al-Qur'an untuk orang-orang yang berada dalam kumpulan seperti yang dilakukan oleh sesetengah pihak yang bertadarus, agar masing-masing membacanya dan menghabiskan juz-juz yang ditetapkan kepadanya, tidaklah dianggap sebagai mengkhatamkan Al-Qur'an secara langsung bagi yang membacanya.
Adapun tujuan membaca Al-Qur'an sekadar untuk mendapat berkat semata-mata, tidaklah memadai. Sebab Al-Qur'an itu dibaca dengan tujuan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah atau untuk menghafalnya, memikirkan dan mempelajari hukum-hukumnya, mengambil pelajaran darinya, untuk mendapatkan pahala dari membacanya, melatih lisan dalam membacanya dan berbagai faedah lainnya [Lihat Fatwa Lajnah Da'imah no. 3861]
Wallahu a'lam.
Adapun tujuan membaca Al-Qur'an sekadar untuk mendapat berkat semata-mata, tidaklah memadai. Sebab Al-Qur'an itu dibaca dengan tujuan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah atau untuk menghafalnya, memikirkan dan mempelajari hukum-hukumnya, mengambil pelajaran darinya, untuk mendapatkan pahala dari membacanya, melatih lisan dalam membacanya dan berbagai faedah lainnya [Lihat Fatwa Lajnah Da'imah no. 3861]
Wallahu a'lam.
Ulasan